PuSTARhut hadir di COP 29, Angkat Peran Masyarakat dan Standar dalam Pengelolaan Mangrove
Baku. Sabtu, 16 November 2024. Pusat Standardisasi Instrumen Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (PuSTARhut) berpartisipasi dalam gelaran talkshow Paviliun Indonesia pada rangkaian kegiatan COP 29 di Baku, Azerbaijan.
Talkshow diinisiasi oleh APP Group mengangkat tema “Joint Efforts to Preserve Mangrove Ecosystems”. Hadir sebagai pembicara Jasmine Doloksaribu dari APP Group, Wening Sri Wulandari dari PuSTARhut, Natalia Rialucky dari Fairatmos dan Charles Karangwa dari IUCN.
Prof. Satyawan Pudyatmoko, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, dalam keynote speechnya menegaskan pentingnya tata kelola pemerintah yang kuat dalam pelaksanaan program konservasi mangrove.
“Konservasi mangrove harus memperhatikan tiga prinsip kelestarian ekosistem, perlindungan spesies dan keanekaragaman hayati” tegas Satyawan.
Kepala PuSTARhut, Wening Sri Wulandari menyampiakan Sustainable Mangrove Management Through Innovative and Collaboration Actions. Wening menyampaikan pentingnya pelibatan masyarakat dalam keberhasilan pengelolaan mangrove.
“Masyarakat merupakan salah satu aktor kunci mendukung keberhasilan pengelolaan mangrove karena berinteraksi langsung dengan mangrove di tingkat tapak,”ujarnya.
Wening menyampaikan contoh keberhasilan kolaborasi masyarakat dalam restorasi mangrove Mangrove restoration from converted fishpond di Sumbawa, NTB dengan koordinasi KPH Amplang Plampang, yang didukung oleh AFoCO.
Mendukung keberhasilan pengelolaan mangrove, juga disampaikan capaian BSILHK dalam menyiapkan standar, diantaranya SNI penanganan benih dan bibit mangrove serta inisiasi pembangunan World Mangrove Center yang didukung oleh Pemerintah Jerman.
“Indonesia telah memiliki best practices pengelolaan mangrove, informasi, mangrove center di berbagai daerah, yang perlu dikelola, didokumentasikan dan didiseminasikan ke para pemangku kepentingan di Indonesia maupun global. Selain itu, banyak inisiasi negara mitra untuk bekerjasama dengan Indonesia dalam pengelolaan mangrove yang perlu didukung dengan arahan kebijakan”, tegas Wening dalam paparannya tentang World Mangrove Center dan kebijakan World Mangrove Center Bali Grand Forest Park.
Pembicara lainnya dari APP Group, Jasmine Doloksaribu menyampaikan keberhasilan konservasi dan rehabilitasi mangrove di Jambi, Sumatera Selatan, Tangerang dan Banten. Sedangkan Ria dari Fairatmos menjelaskan tentang carbon pricing dan pengembangan system untuk memudahkan dalam evaluasi keberhasilan rehabilitasi mangrove dan penghitungan carbon stock.
Menurut Ria, tantangan dalam rehabilitasi mangrove adalah technical barrier, bagaimana teknik penanaman yang tepat agar tanaman dapat tumbuh dengan baik serta pentingnya teknologi untuk melakukan pemantauan keberhasilan penanaman mangrove.
Talkshow yang dipandu oleh Dr Efransyah menarik antusiasme peserta, yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang teknik rehabiltasi yang tepat pada pola silvofishery, penanganan tanaman nipah sebagai spesies invasive pada ekosistem mangrove dan cara kerja sistem monitoring dan evaluasi keberhasilan rehabilitasi mangrove.
Talkshow yang dihadiri lebih dari 50 orang dari berbagai negara antara lain Jepang, Korea, Gambia, dan Afrika itu ditutup dengan rekomendasi agar Indonesia dapat menyelenggarakan forum pertemuan internasional untuk sharing knowledge, best practice dan strategi kebijakan para pihak dalam program konservasi dan rehabilitasi mangrove, termasuk kebijakan pemerintah Indonesia menetapkan World Mangrove Center.***
Penanggung jawab berita: Dr. Wening Sri Wulandari