Perkuat Ilmu Anatomi Kayu, Sarawak Kunjungi di Xylarium Bogoriense

SHARE

Bogor, 15 Oktober 2024 – Hari ini, tujuh ahli kehutanan dari Jabatan Hutan Sarawak, Malaysia, berkunjung ke Xylarium Bogoriense di Kampus Pusat Standardisasi Instrumen Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (PuSTARhut), Bogor. Kunjungan bertujuan untuk menggali informasi dan pembelajaran anatomi kayu dan teknologi identifikasi kayu. Kunjungan ini menjadi momentum penting penguatan kolaborasi Malaysia dan Indonesia. Divisi Riset dan Pengembangan Jabatan Hutan Sarawak, mengelola Xylarium dengan koleksi tidak kurang 16.000 sampel kayu. Mereka berharap dapat mempelajari praktik terbaik dari Indonesia, dalam pengelolaan Xylarium

Diinformasikan bahwa Xylarium adalah perpustakaan kayu, merupakan koleksi atau tempat penyimpanan khusus yang menyimpan berbagai macam spesimen kayu. Xylarium Bogoriense dikelola oleh Pustarhut, Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan 

Kepala puSTARhut, Wening Sri Wulandari, berkesempatan menyambut kunjungan tersebut secara langsung.

 “Selamat datang di Xylarium Bogoriense, xylarium terbesar di dunia yang telah berdiri sejak tahun 1915, dengan lebih dari 200.000 spesimen kayu otentik. Tidak hanya kayu, namun juga rotan, bambu, dan fosil kayu,” ujar Wening.

Wening menambahkan bahwa Xylarium Bogoriense saat ini merupakan rujukan data dan informasi untuk pengembangan standar dan layanan uji identifikasi kayu.

“Pustarhut memiliki tugas untuk merumuskan standar pengelolaan hutan. Keberadaan data dan infromasi di Xylarium ini menjadi acuan penting dalam perumusan standar khususnya pengelolaan hasil hutan kayu. “tambah Wening.

Ketua Tim dari Sarawak, Runi Sywesta Pungga menyampaikan kesan dan tanggapan atas kunjungan ke Xylarium. "Kesempatan yang sangat langka dan berharga bisa bertukar pengetahuan dan pengalaman Xylarium Bogoriense," ujarnya.

Runi menyampaikan bahwa Sarawak Tengah mengembangkan teknologi identifikasi kayu berbasis artificial intelligence yaitu Sarawak Wood Identification System (SWIDS), serupa dengan yang telah dikembangkan Indonesia AIKO yaitu Alat Identifikasi Kayu Otomatis.

SWIDS masih menghadapi tantangan dalam penerapannya. "Kendala utama kami adalah kesulitan mendapatkan potongan kayu yang sempurna untuk menciptakan gambar yang baik sebagai data," ungkap Teng Xin Yao, salah satu tim  Divisi Riset dan Pengembangan Jabatan Hutan Sarawak  yang ikut berkunjung ke XYlarium Bogoriense.

Jorgy, curator dan lab analyst Xylarium memberikan pengenalan tentang Xylarium Bogoriense. “Xylarium Bogoriense menyimpan koleksi specimen berbentuk trapezium yang unik, untuk memudahkan identifikasi kayu dan memberikan data yang akurat. Selain trapezium, kami juga memiliki koleksi dalam bentuk balok kayu, slide mikro, dan disk, “ terang Jorgy.

Selain berdiskusi untuk bertukar pikiran dan pandangan, juga berkesempatan untuk melihat berbagai koleksi kayu dan produk kayu yang ada di Xylarium Bogoriense. Mereka sangat terkesan dengan koleksi batik bercorak struktur anatomi kayu yang dipajang di lobby Xylarium Bogoriense.

Kunjungan diakhiri dengan foto bersama. Diharapkan kunjungan ini dapat membawa hasil yang bermanfaat untuk penguatan pengetahuan pengelolaan hutan dan konservasi keragaman hayati di kedua negara.***

Penganggung jawab berita: Dr. Wening Sri Wulandari

Kontributor berita: Tim Humas Pustarhut