P2HB Dorong Pemanfaatan Teknologi Identifikasi Kayu dalam Sistem Ketertelusuran

SHARE

Bogor, 26 Juli 2025 — Pusat Pengembangan Hutan Berkelanjutan (P2HB) menggelar audiensi bertajuk "Penggunaan Teknologi Identifikasi Kayu dalam Mendukung Ketertelusuran Kayu", pada 25 Juli 2025 yang berlangsung di Bogor. Audiensi ini dipimpin langsung oleh Gun Gun Hidayat Kepala P2HB dan dihadiri oleh perwakilan dari BRIN, IPB, World Resources Institute (WRI), serta berbagai unsur akademisi dan praktisi industri kehutanan.

Pertemuan ini digelar sebagai respons terhadap kebutuhan mendesak akan sistem ketertelusuran kayu yang lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam sambutannya, Kepala P2HB menyampaikan bahwa identifikasi kayu yang akurat akan sangat berperan dalam tata usaha kayu lestari.

Pusat Xylarium yang dikelola P2HB saat ini disebut sebagai yang paling lengkap di dunia dalam hal koleksi sampel kayu autentik. Oleh karena itu, pelatihan-pelatihan identifikasi kayu yang akan dilakukan ke depan direncanakan akan berpusat di Xylarium Bogoriense P2HB dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah tersedia. Beberapa pelatihan sebelumnya bahkan telah dilakukan bersama Bea Cukai dan pihak industri seperti Sucofindo.

Direktur Kebijakan Lingkunagn Hidup, Kemaritiman, Sumber Daya Alam dan Ketenaganukliran, BRIN, Dr. Ratih Damayanti, menyampaikan bahwa hingga kini pelatihan identifikasi kayu baru mampu dilakukan sampai pada tingkat genus, dan belum dapat membedakan spesies secara akurat. Ia mencontohkan bahwa genus Shorea sendiri memiliki lebih dari 90 jenis dengan karakter anatomi yang sangat mirip. Taksonomi kayu pun terus berkembang, dengan klasifikasi baru seperti Rubroshorea (meranti merah), Anthoshorea (meranti putih), Richetia (meranti kuning), dan Shorea sebagai kelompok balau. Kompleksitas ini membuat industri sering kesulitan mengidentifikasi jenis kayu secara tepat, sehingga peningkatan kapasitas SDM dan pemahaman identifikasi kayu perlu diperluas, tidak hanya bagi penegak hukum, tetapi juga kepada pelaku industri.

Dalam audiensi ini, pihak WRI juga menyampaikan pentingnya menjembatani peneliti dengan penegak hukum, terutama dalam menghadapi kasus-kasus hukum yang memerlukan bukti ilmiah terkait asal-usul kayu. WRI juga berkomitmen untuk mendukung peningkatan kapasitas dan diseminasi pelatihan teknologi identifikasi kayu kepada lebih banyak pihak.

Sementara itu, akademisi IPB memaparkan peran mereka dalam pengembangan teknologi berbasis DNA dan DART-TOF-MS untuk identifikasi kayu, termasuk teknik pengambilan sampel di lapangan dan pengembangan database DNA untuk tiga spesies kayu utama. BRIN menambahkan bahwa pihaknya turut mendukung kegiatan ini melalui analisis anatomi kayu dan penggunaan stable isotope, serta penyediaan infrastruktur dan laboratorium pendukung.

Audiensi ini menjadi awal dari kolaborasi multipihak untuk menguatkan sistem ketertelusuran kayu di Indonesia melalui pendekatan ilmiah yang terpadu. Dengan dukungan Xylarium Bogoriense P2HB sebagai pusat rujukan nasional dan global, serta penguatan kapasitas dan jejaring antar-lembaga, P2HB berharap sistem ketertelusuran kayu ke depan dapat menjadi lebih transparan, akuntabel, dan mendukung pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

***

 

Penanggung Jawab Berita :

Gun Gun Hidayat, Ph.D - Kepala Pusat Pengembangan Hutan Berkelanjutan

Editor :

Dr. Indiyah Hudiyani, S.Hut., M.Si. - Kepala Bidang Perencanaan dan Formulasi Pengembangan Hutan Berkelanjutan

Kontributor berita :

Tim Humas Pusat Pengembangan Hutan Berkelanjutan