Laboratorium Sutra Alam Indonesia (LSAI) Kembangkan Modalitas Standar Pengelolaan Sutra
Bogor, 25 September 2024 – Sutra alam merupakan produk hasil hutan bukan kayu strategis yang memiliki nilai ekonomi menjanjikan. Pusat Standardisasi Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (Pustarhut) memiliki modalitas besar mendukung pengembangan sutra alam. Keberadaan Laboratorium Sutra Alam Indonesia (LSAI) yang berada di Kawasan Dramaga, Bogor, yang dikelola Pustarhut, saat ini semakin menunjukkan kiprahnya sebagai laboratorium standardisasi. Berbagai kegiatan persutraan mulai dari penyimpanan telur, penetasan, pemeliharaan sampai dengan pemintalan benang dapat dilihat di LSAI.
Kepala Pustarhut, Wening Sri Wulandari selepas memimpin rapat Kajian Teknis SNI 8515:2018 melihat secara langsung proses pemintalan benang di Laboratorium C, .LSAI. Turut mendampingi Kepala Bidang Pengembangan Standar Instrumen dan Pengelolaan Laboratorium Kehutanan, Choirul Ahmad, yang bertanggung jawab dalam pengelolaan berbagai laboratorium Pustarhut, beserta para pelaksana kegiatan laboratorium.
Pemintalan benang sutra dimulai dari pemilihan kokon atau kepompong sutera dipintal dengan hati-hati menggunakan alat pintal untuk menghasilkan benang halus. "Proses ini menuntut ketelitian tinggi, dari awal sampai akhir," Ahmad Nasir salah satu teknisi sambil memperlihatkan mesin pemintal yang bekerja mengurai serat kepompong. Tantangan berikutnya adalah proses penenunan kain sutra yang belum dapat dilaksanakan di LSAI karena adanya kendala peralatan tenun.
"Sutera adalah salah satu produk unggulan Indonesia yang memiliki potensi besar untuk pasar lokal maupun internasional. Oleh karena itu, disadari pentingnya kualitas sutra, produk dan proses berbasis standar. Disinilah Pustrahut berperan dalam menyiapkan standar,” ujar Wening dalam kesempatan dialog dengan staf laboratorium. Wening menekankan pentingnya kolaborasi dengan para pemangku kepentingan dan pelaku usaha dalam perumusan standar sutra alam. Kapustarhut juga memberikan arahan untuk menguatkan diseminasi LSAI dan memperbanyak standar-standar yang dihasilkan. Standar ini mencakup aspek kualitas, kekuatan benang, hingga metode pengolahan yang ramah lingkungan.
"Penerapan standar ini tidak hanya memastikan kualitas sutera yang tinggi, tetapi juga menjaga keberlanjutan industri ini di masa depan. LSAI harus kita kembangkan sebagai rujukan pengelolaan sutra alam dan tempat belajar” tambahnya.
Selain pemintalan benang, Kapustarhut juga melihat aktivitas penetasan telur dan pemeliharaan.
Pustrahut juga mengelola tanaman murbei sebagai sumber pakan ulat sutra, yang di tanam di lingkungan LSAI dan Hutan Dramaga.***
Penanggung jawab berita: Dr. Wening Sri Wulandari – Kepala Pustarhut