Kuatkan pengelolaan hutan dan lingkungan di tingkat tapak, Pustarhut Gelar Share Learning dan Lokakarya RPHJP KPH Bulusaraung
Makassar, 9 Oktober 2024 - Dalam sebuah langkah besar menuju keberlanjutan sumberdaya hutan dan lingkungan, Pustrahut mendorong pembelajaran dari berbagai hasil pengelolaan hutan dan lingkungan serta perencaan hutan, dengan menggelar "Share Learning dan Lokakarya Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan (RPHJP KPH) Berbasis Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim". Acara ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan diantaranya Kepala Bappeda, Kepala Dinas LHK Sulsel, Kepala Balai, UPTD KPH, kelompok tani serta pemangku kepentingan terkait lainnya.
Kepala BSILHK, Ary Sudijanto, dalam sambutannya menyoroti peran ekosistem karst yang unik di Sulawesi Selatan. “Bentang alam karst dengan formasi batu kapur, gua, dan sungai bawah tanah bukan hanya aset ekologi berharga, tetapi juga memainkan peran krusial dalam mitigasi perubahan iklim,” ungkapnya. Ekosistem karst, meskipun rentan, memiliki kemampuan penyerapan karbon yang sangat signifikan.
“Namun, ketika rusak, ekosistem karst sangat sulit dipulihkan. Oleh karena itu, menjaga keberlanjutan ekosistem ini adalah prioritas utama,” lanjut Ary Sudijanto.
Diinformasikan bahwa Kerjasama BSILHK melalui Pustarhut dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan dengan dukungan Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO) Project ini mengambil site yang berfokus pada ekosistem Karst di KPH Bulusaraung. Kerjasama yang dimulai sejak Juni 2021 telah menghasilkan banyak capaian penting, pembelajaran dan best practices khususnya dalam pengelolaan ekosistem karst. Kegiatan di tingkat tapak di KPH Bulusaraung dengan karakteristik yang khas merupakan salah satu modalitas untuk menghasilkan luaran yang memberikan kemanfaatan yang tinggi. Salah satu hasil nyata di lapangan adalah plot rehabilitasi hutan pinus seluas 13 hektar di Desa Tala-Tala.
KPH Bulusaraung mendapatkan fasilitasi penyusunan RPHJP berbasis mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, yang berhasil mengembangkan rencana pengelolaan hutan jangka panjang yang menggabungkan pendekatan ekologi, ekonomi, dan sosial. Pembelajaran dan proses panjang menyusun RPHJP oleh KPH Bulusaraung telah menjadi contoh keberhasilan dalam mengintegrasikan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam pengelolaan hutan.
Selain kontribusi ekologis, kerjasama ini juga meningkatkan potensi ekonomi masyarakat lokal. Salah satu inovasi adalah modernisasi pengolahan pengolahan gula aren sebagai salah satu HHBK potensial sebagai sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat, “Ini adalah bukti bahwa keberlanjutan ekologi dan ekonomi dapat berjalan seiring,” tambah Ary.
Kepala Pustarhut, Wening Sri Wulandari menegaskan bahwa berbagai keberhasilan dan capaian tersebut, merupakan sesuatu yang sangat berharga untuk dapat dibagi dan ditularkan kepada para pihak agar mendapatkan pembelajaran dan bisa mengulang kesuksesan yang sama.
“Hal tersebut yang mendorong kami melaksanakan cara share learning dan lokakarya pada hari ini” ungkap Wening dalam laporannya.
Dengan modalitas hasil kegiatan yang dicapai, Sulawesi Selatan kini semakin siap dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global. Kerjasama ini diharapkan menjadi model praktik terbaik dalam pengelolaan hutan lestari dan mendukung pencapaian target-target penting seperti NDC (Nationally Determined Contributions), SDGs (Sustainable Development Goals), dan FOLU Net Sink 2030.
Share Learning dan Lokakarya RPHJP berbasis Mitigasi dan Adaptasi Perubahan iklim yang dibuka oleh Kepala BSILHK ini, di bagi dalam dua sesi yang mengangkat penguatan perencanaan jangka panjang dan kebijakan daerah, dan sesi sharing pengembangan HHBK, penyusunan RPHJP, dan rehabilitasi. Dalam acara ini juga diluncurkan dua buku yang mengungkapkan kekayaan alam dan potensi wisata yang tersembunyi di Sulawesi Selatan, dan menggali potensi keragaman hayati satwa burung di Sumbawa***
Penanggung jawab berita: Dr. Wening Sri Wulandari