Indonesia Dorong KHDTK sebagai Basis Pengembangan Asian Living Lab

Dalam Sidang ke-12 Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO), Indonesia menegaskan komitmennya untuk pengelolaan hutan melalui pengembangan inisiatif Asian Living Laboratory (Living Lab). Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Kepala Pusat Pengembangan Hutan, Gun Gun Hidayat, menyampaikan dalam forum sidang bahwa Living Lab perlu dibangun untuk peningkatan kapasitas, pengukuran dampak perubahan iklim, dan inovasi dalam pengelolaan hutan berkelanjutan. Inisiatif ini bertujuan menjembatani ilmu pengetahuan, kebijakan, dan praktik di tingkat tapak. Disampaikan bahwa Indonesia telah memiliki best practices pengelolaan KHDTK Litbang sebagai Living Lab.
Sebagai bentuk dukungan terhadap inisiatif ini, Indonesia tengah memperbarui data resmi Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Saat ini, tercatat 99 unit KHDTK Litbang dan Diklat dengan total luas 157.088 hektare. “Living Lab tidak hanya berkontribusi pada sarana dukungan pendidikan maupun riset, tetapi juga memiliki peran strategis dalam tata kelola hutan secara lebih luas, termasuk konservasi, restorasi, dan pengembangan kebijakan teknis perlindungan keanekaragaman hayati,” tambah Gun Gun Hidayat.
Selain inisiatif Living Lab, sidang tahunan ke-12 AFoCO di Ulaan Bataar (13-14 Mei 2025) ini juga membahas peluang pendanaan iklim, investasi hijau, dan kemitraan dengan sektor swasta. Forum menghadirkan perwakilan Artha Network Inc, Economics of Mutuality (EOM), Merry-Year Social Company (MYSC) untuk mendorong kerjasama dengan negara-negara anggota AFoCO.
Sidang ditutup dengan penyampaian rencana sidang berikutnya, serta kesiapan Mongolia sebagai tuan rumah COP 17 UNCCD pada tahun 2026. Ketua Delri menyampaikan apresiasi kepada Departemen Kehutanan Mongolia atas sambutan hangat dan penyelenggaraan yang sangat baik sebagai tuan rumah Sidang ke-12 AFoCO.
Penanggung Jawab Berita :
Gun Gun Hidayat, Ph.D - Kepala Pusat Pengembangan Hutan Berkelanjutan