P2HB Angkat Potensi Pangan Hutan lewat FGD Nasional

Bogor, 14 Agustus 2025 — Hutan Indonesia bukan hanya dikenal sebagai paru-paru dunia, tetapi juga menyimpan potensi besar sebagai sumber pangan alternatif. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, sektor kehutanan mendapat mandat penting untuk menjadi salah satu kontributor ketersediaan pangan nasional.
Untuk memperkuat arah kebijakan tersebut, Kementerian Kehutanan melalui Pusat Pengembangan Hutan Berkelanjutan (P2HB) menggelar Focus Group Discussion (FGD) Studi Pangan Hutan pada Kamis (14/8), di Ruang Rapat Sudiarto, Kampus Gunung Batu, Bogor. Kegiatan ini berlangsung secara hibrida, dengan sebagian peserta hadir langsung dan sebagian lainnya mengikuti melalui platform daring.
Dalam kesempatan ini, sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan, Dr. Ir. Mahfudz, M.P., dibacakan oleh Kepala P2HB, Gun Gun Hidayat, Ph.D.
“Umbi-umbian, buah-buahan, kacang-kacangan, madu, jamur, hingga sumber protein dari satwa liar tersedia di hutan kita. Namun, potensi ini belum tergarap optimal. Di tengah krisis pangan dan perubahan iklim global, pangan hutan bisa menjadi solusi lokal yang adaptif, bergizi, dan ramah lingkungan,” tegasnya.
Data FAO (2023) mencatat, 12% spesies tumbuhan pangan dunia berada di ekosistem hutan tropis, tetapi baru sekitar 1% yang dikomersialkan secara global. Padahal, menurut penelitian, hutan mampu menyumbang asupan nutrisi seimbang bagi masyarakat, baik melalui sumber pangan langsung (buah, sayur, daging satwa liar), jalur pendapatan (hasil hutan bukan kayu, kayu, dan pekerjaan berbasis hutan), maupun jasa ekologi seperti penyediaan air, tanah subur, dan energi biomassa.
Gun Gun menambahkan, FGD ini menjadi langkah awal untuk menyusun metodologi studi pangan hutan yang terukur dan komprehensif.
“Pengetahuan tentang ketersediaan pangan hutan menjadi dasar bagi kebijakan pengelolaan hutan. Karena itu, kita perlu menyepakati definisi, indikator, tipologi lokasi, hingga strategi pengelolaan agar pangan hutan bisa dikelola secara layak dan berkelanjutan,” jelasnya.
FGD ini menghadirkan sejumlah narasumber kunci, antara lain Dr. Willie Smits (Penasihat Utama Menteri Kehutanan), Rinna Syawal, S.P., M.P. (Badan Pangan Nasional), Prof. (Ris) Dr. Wawan Sudjarwo (BRIN), Prof. Dr. Sofyan Sjaf (IPB University), Prof. (Ris) Dr. Sri Suharti (BRIN), serta Dr. Dona Octavia (Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN).
Hadir pula para pemangku kepentingan dari kementerian, BRIN, dinas kehutanan provinsi, perguruan tinggi, hingga Perhutani. Mereka bersama-sama membahas potensi, tantangan, serta peluang hutan dalam mendukung diversifikasi pangan nasional.
Dari FGD ini diharapkan lahir peta jalan pengelolaan pangan hutan yang implementatif, berbasis kearifan lokal, dan sains modern. Hasil diskusi juga akan menjadi rekomendasi strategis bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pangan berkelanjutan.
“Hutan bukan hanya penjaga ekologi, tetapi juga gudang pangan masa depan. Sudah saatnya kita menempatkan pangan hutan sebagai bagian dari solusi ketahanan pangan nasional,” pungkas Gun Gun saat menutup sambutan.
***
Penanggung Jawab Berita :
Gun Gun Hidayat, Ph.D - Kepala Pusat Pengembangan Hutan Berkelanjutan
Editor :
Pratiara Lamin, S.Hut.M.Si – Kepala Bidang Fasilitas Penerapan Pengembangan Hutan Berkelanjutan
Kontributor berita :
Tim Humas Pusat Pengembangan Hutan Berkelanjutan